Apa aja sih yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dago Pakar Bandung?
v Goa Jepang dan Goa Belanda
Selain menyajikan keindahan alam yang luar biasa taman Ir. H. Djuanda juga menyuguhkan wisata mistis bisa juga sebagai wisata edukasi. Didalam goa Jepang dan goa Belanda terdapat beberapa mitos. Konon didalam goa jepang terdapat penunggu yang akan membuat bulu kuduk berdiri ketika kita memasukinya. Kedua goa ini merupakan peninggalan oleh jepang dan belanda pada masa perang atau sebelum indonesia merdeka dan demi kepentingan militer yang berguna untuk menjadikan strategi berperang.
Goa
Jepang terletak sekitar 300 meter dari pintu masuk taman hutan raya dago pakar,
jarak yang lumayan jauh dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki itu tidak
akan terasa selagi disambut oleh pemandangan yang menakjubkan dan menyegarkan
mata, pikiran, dan badan. Goa jepang terletak di bawah bukit dan didalamnya
berbentuk seperti labirin yang terdapat banyak lorong dan pintu. Ini membuat
wisatawan menjadi tertarik namun perlu diwaspadai karena didalam begitu gelap
dan tidak ada sumber cahaya kecuali dari pintu masuk. Oleh karenanya banyak
orang yang menyewakan lampu penerang atau lampu senter sebagai penerangan
dengan membayar 4000 rupiah per senter dan jika kita membutuhkan pemandu jalan
dengan menyewa tour guide dengan membayar 25.000 rupiah. Awalnya berdirinya goa jepang adalah ketika Jepang masuk ke
Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan membangun goa
lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang
menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang
berjatuhan selama pembuatan goa ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara
sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di
Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup
oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar
tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan
tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya. Goa ini
berukuran cukup lebar, sehingga dapat dipergunakan untuk menyembunyikan mobil-mobil
perang milik jepang. Maksudnya agar musuh yang melakukan pengamatan lewat
udara, tidak menyadari adanya pertahanan tersebut. Karena goa ini berada
dibawah bukit yang ditumbuhi banyak pepohonan membuat suhu udara di dalam goa
ini menjadi dingin, suhu dingin ini semakin menambah mencekamnya suasana
didalam goa yang sudah diselimuti suasana mistis.
Permukaan jalan didalam goa yang tidak merata memaksa kita
untuk berhati-hati dengan berjalan perlahan-lahan ketika menyusurinya. Kita
juga harus menjaga sikap kita ketika didalam goa karena kabarnya jika kita
tidak menjaga etika kita atau ucapan kita maka bukan tidak mungkin akan membuat
penunnggu goa menjadi marah dan akan merugikan kita sebagai wisatawan. Goa
jepang masih dijaga keasliannya hal ini terlihat dari bentuk dan tatanan goa
yang masih bertempo dulu atau berarsitektur zaman peperangan jepang. Dengan
memasukinya dan mempelajarinya kita akan mendapatkan tambahan ilmu yang
berhubungan dengan sejarah. Di bagian depan terdapat penjelasan lengkap tentang
goa jepang mulai dari berdirinya hingga ditemukan kembali dan dijadikan objek
wisata publik.
Tak berbeda jauh dengan goa Belanda yang terletak lebih masuk kedalam
taman hutan raya, goa belanda menyimpan banyak cerita yang menjadi tempat
menarik bagi pengunjung. Beda peninggalan beda pula arsitektur
goanya, goa belanda lebih seperti lorong atau terowongan untuk menuju
sisi perbukitan yang lain. Mitos yang berkembang di masyarakat tentang goa
belanda, ada satu kata dalam bahasa
daerah yaitu “Lada” atau falam bahasa Indonesia berarti pedas. Pada saat kita
sedang berada di kawasan ini, kita tidak boleh mengucapkan kata “Lada”
tersebut. Karena kata lada itu merupakan sebutan atau nama dari salah satu
tokoh masyarakat atau leluhur di daerah tersebut yang sangat dihormati dan
namanya pun disakralkan oleh masyarakat setempat. Kalau kita bicara kata itu,
saat berada di Dago Pakar suka kejadian hal-hal mistis atau orang yang
mengucapkan kata itu akan sial dan tak jarang juga yang kerasukan. Hal ini
tentu membuat orang penasaran namun juga berpikir dua kali untuk mencobanya,
tapi itu tergantung dari pribadi masing-masing tentang kepercayaan tersebut
bisa percaya atau bahkan bisa tidak percaya karena diyakini telah memiliki
keimanan yang tinggi. Seperti halnya goa jepang, goa belanda juga masih dijaga
keasliannya, hal ini terlihat dari bangunan dan arsitektur goa yang masih
bertema belanda atau di era peperangan.
Goa yang memiliki dua pintu masuk ini sering
dijadikan tempat uji nyali oleh lembaga penyiaran atau sekedar coba-coba oleh
sekelompok orang. pernah terjadi kejadian mistis ketika seorang peserta uji
nyali di sebuah lembaga televisi mengatakan kata lada dengan nada agak
menantang hingga akhirnya dia mengalami kerasukan dan tak sadarkan diri dalam
waktu tertentu. Namun terlepas dari kisah mistis tentang goa belanda kita dapat
mengambil ilmu sejarah dari keberadaan goa belanda yang masih eksis ini,
ditambah dengan penjelasan tertulis di bagian depat goa belanda yang
mempermudah kita untuk mempelajarinya.
v Tebing Keraton
Tebing keraton terletak di kampung ciharegem puncak,
desa ciburial Bandung jawa barat, jaraknya dari pintu masuk taman hutan raya
Ir. H. Djuanda sekitar 5 km dengan waktu tempuh 20 menit. Dari tebing ini dapat
menikmati pemandangan spektakuler, bukan lampu kota melainkan hutan. Nama
tebing keraton berarti kemegahan alam yang menyuguhkan pemandangan alam luar
biasa dengan ketinggian sekitar 1200 meter diatas permukaan laut.
Untuk sampai di puncak tebing keraton dibutuhkan
perjuangan seperti kondisi kendaraan yang baik serta kondisi tubuh yang bugar.
Hal ini dikarenakan akses jalan menuju puncak tebing keraton begitu curam dan
beresiko tinggi terhadap kecelakaan. Namun bagi kamu yang enggan mengambil
resiko terhadap kecelakaan maka disediakan ojek yang siap mengantar kita sampai
di puncak tebing dengan membayar 20 ribu hingga 30 ribu rupiah tergantung cara
kita menawar harga. Namun bagi kamu yang ingin mendaki atau ingin lebih sehat
dengan berolah raga kita dapat memarkirkan kendaraan di bawah dan berjalan
mendaki dengan jarak ke puncak tebing sekitar 2 km. ketika sampai di puncak
tebing keraton kita bisa menyaksikan matahari terbit di pagi hari dengan jelas
namun tidak dapat melihat matahari terbenam di sore hari karena tertutup pepohonan
pinus tapi tetap dapat dinikmati pemandangan indah dan menakjubkan dengan
membayar tiket masuk 11 ribu rupiah untuk wisatawan nusantara dan 76 ribu untuk
wisatawan mancanegara, kedua harga tiket masuk tersebut sudah termasuk
asuransi. Asuransi disini termasuk penting untuk diadakan disetiap tiket
masuknya mengingat kondisi tebing yang rawan terjadi longsor. Dikhawatirkan
tebing yang memberikan keindahan alam kota bandung dan keindahan taman hutan
raya Ir. H. Djuanda beresiko longsor ketika musim hujan tiba. Hal ini terlihat
dari bentuk tebing yang lebih menonjol dibandingkan dengan kondisi daratan
disekitarnya. Namun itu semua tentunya sudah ada perhitungan khusus tentang
keadaan tebing tersebut bahwa layak dan tidaknya tebing keraton digunakan
sebagai objek wisata alam.
Dari perjuangan kita untuk mencapai puncak tebing
keraton akan terbayarkan dengan suguhan alam yang menakjubkan dari atas tebing.
Selayaknya wisata
alam di Bandung yang lainnya, di
tebing spektakuler di Dago ini, pengunjung pasti berfoto dengan latar belakang
hutan pinus dan perbukitan dengan berbagai gaya. Pose yang paling populer
adalah berdiri di atas batu yang berada di tepi jurang. Wisata ke Tebing Keraton
adalah kegiatan aktivitas pagi hari untuk menikmati panorama alam yang indah di
kota Bandung.
Di sini belum tersedia hotel atau penginapan lainnya
sehingga memaksa kita untuk menikmati pemandangan disini dalam sehari, namun
rekomendasi penginapan dapat di kawasan dago Bandung. Tebing keraton ini bukan
sarana rekreasi untuk anak-anak kecil hal ini dikarenakan berbagai hambatan dan
resiko tinggi yang tidak diperuntukkan untuk anak-anak. Memang kenyataannya
objek wisata ini lebih banyak dikunjungi oleh para muda mudi untuk
mengekspresikan diri semaksimal mungkin. Melalui foto ataupun reaksi dari
pengunjung muda mereka dapat berkreasi bebas tanpa batas namun tetap beretika,
tak hanya di goa jepang atau goa belanda alangkah lebih baiknya jika kita juga menjaga
etika kita selama di tebing keraton karena bukan tidak mungkin berbagai bahaya
dan hambatan yang dihadapi selama menuju puncak tebing akan datang menghampiri.
Menurut sejarah tebing ini belum begitu lama populer
dikalangan masyarakat, tebing keraton ini mulai populer di pertengahan tahun
2014 lalu dimana diramaikan melalui berbagai social media yang populer di
masyarakat seperti facebook, twitter, instagram, line, whatsapp, path dan lain
sebagainya. Awalnya orang memposting foto dirinya dengan latar belakang
pemandangan indah dan menakjubkan dari atas tebing, hal ini membuat penasaran
bagi para netizen untuk mencoba mengunjungi tebing keraton. Sejak saat itu nama
objek tebing keraton yang masih termasuk bagian dari area taman hutan raya Ir.
H. Djuanda menjadi ramai dikunjungi dan ramai diperbincangkan. Maka dari itu,
saat ini objek wisata alam tebing keraton mulai dilakukan pembangunan sarana
dan prasarana demi menunjang kemudahan wisatawan untuk berkunjung ke tebing
keraton. Mulai dari pembangunan jalan hingga pembangunan prasarana lainnya.
Dengan banyaknya postingan di media sosial dan berbagai
artikel online membuat nama tebing keraton menjadi buah bibir di kalangan
masyarakat tak hanya warga bandung melainkan juga masyarakat diluar daerah. Hal
ini yang membuat mereka berbondong-bondong untuk menghilangkan rasa penasaran
mereka dengan mencoba mendatangi tebing keraton ini. Pemandangan alam yang
disajikan taman hutan raya membuat mata seolah dimanjakan dengan hamparan
pepohonan hijau taman hutan raya Ir. H. Djuanda sejauh mata memandang. Hiruk-pikuk
keramaian perkotaan yang memekakan telinga dan pikiran sangat tidak terasa
disini, hamparan pemandangan hijau ditemani nyanian merdu burung membuat hati,
mata dan pikiran serasa tenang dan damai. Jika di objek wisata lainnya yang
juga menawarkan keindahan alam dengan gemerlap cahaya kota lain halnya dengan
tebing keraton yang hanya menyuguhkan pemandangan hutan alami tanpa adanya
gemerlap cahaya perkotaan.
Pemandangan yang disuguhkan akan semakin eksotis dan
mempesona jika kita datang di saat fajar guna menyambut hadirnya sang mentari,
kisaran pukul 5 hingga 6 pagi merupakan waktu yang tepat untuk mengabadikan
momen penyambutan sang fajar. Terlebih lagi bagi para photografer yang
merelakan waktunya untuk melukiskan seni menakjubkan dari kamera yang
digunakan. Dengan kelihaian dan kecakapan para photografer akan membuat
pemandangan alam tebing keraton menjadi sungguh luar biasa.
Post a Comment